Yayasan Tunas Karya
Buka Pikiran - Sentuh Hati - Bentuk Masa Depan

ORANGTUA DIBULLY ANAK, LOH KOK BISA? BISA!


Opini Title

KOMPAS.com - Pernah melihat anak yang berkata kasar pada orangtua? Atau bahkan bisa jadi kita pernah menyaksikan anak yang tidak dapat mengendalikan emosi dan merengek sambil memukuli orangtuanya.

 

Perilaku bullying atau merundung sebenarnya sangat mudah terlihat. Misalnya ketika anak berteriak-teriak karena permintaannya tidak dituruti, melemparkan barang-barang ke arah orangtua, mungkin disertai nada ancaman untuk membuat orangtua mengiyakan permintaan mereka, atau saat anak mempermalukan orangtua di depan umum dengan kata-kata yang tajam.

 

Bila akhirnya orangtua menyerah dan menuruti permintaannya, saat berarti orangtua sedang dibully oleh anak sendiri.

 

Dikutip dari Psychology Today, setiap situasi yang membuat orangtua  kehilangan kendali atas perilaku anak dan justru anak yang bisa mengendalikan orangtua, itu adalah kondisi anak sedang melakukan tindakan bullying. Itulah cara anak membully orangtua.

 

 

3 penyebab anak membully orangtua

Menurut Sean Grover, seorang psikoterapis, pola asuhan yang orangtua terapkan justru bisa jadi penyebab anak berperilaku sedemikian rupa. Ada tiga pola asuh yang mungkin memicu anak melakukan perundungan pada orangtuanya sendiri.

 

1. Rasa bersalah orangtua

Orangtua tipe ini merasa bersalah akibat suatu kesalahan yang pernah dilakukan atau ketidaksempurnaannya sebagai orangtua. Misalnya karena perceraian, suatu penyakit, atau kesulitan finasial.

Untuk mengurangi rasa bersalahnya, mereka memberikan kebebasan yang terlalu besar pada anak dan bahkan cenderung tanpa batas. Kebebasan ini akhirnya malah menjadi senjata makan tuan bagi orangtua.

 

2. Rasa cemas orangtua

Orangtua yang gampang cemas di mata anak akan terlihat seolah kurang kompeten atau kurang punya kendali. Karena melihat orangtuanya selalu cemas, anak pun akhirnya “mendesak” orangtua untuk mengambil keputusan dengan cara membully orangtua sendiri.

 

3. Rasa tidak tega orangtua

Orangtua tipe ini tidak tahan melihat anaknya kesusahan. Mereka akan berusaha untuk menyelesaikan permasalahan atau kesulitan sang anak.

Memang niatnya baik, tapi ini dapat berakibat buruk. Karena merasa bahwa orangtua akan selalu menyelesaikan masalahnya dan melakukan apa pun untuknya, anak pun memanfaatkan orangtua agar selalu menuruti kehendaknya.

 

 

5 langkah mengatasinya

Lalu apa yang harus dilakukan orangtua agar hal ini tidak terjadi?

 

1. Memperbaiki pola asuh

Pola asuh yang diberikan orangtua kita dulu, mungkin sangat memengaruhi pola asuh yang saat ini kita gunakan saat ini. Misal, kalau orangtua kita cenderung otoriter, kita pun tidak mau menerapkan pola asuh seperti itu pada anak. Akibatnya, kita malah jadi terlalu lunak pada anak dan anak menjadi “kelewatan”.

Karena itu, sadarilah bahwa setiap pola asuh memang punya kekuatan dan kelemahan masing-masing. Yang terpenting adalah mengetahui batasan-batasan dari setiap pola asuh. Jangan sampai ada yang terlalu berlebihan, baik itu terlalu keras atau terlalu lunak.

 

2. Membuat aturan dan batasan

Buat peraturan mengenai batasan yang boleh dan tidak boleh dilakukan anak. Pada awalnya, mungkin anak akan kaget dan kembali mulai membully orangtua.

Jika begini, orangtua tidak boleh menyerah dan jangan balik membully. Justru, berikan pemahaman yang membuat mereka memiliki perasaan dan pikiran lebih baik lagi. Lakukanlah secara berulang kali, agar perlahan-lahan ia paham bahwa orangtua punya aturan yang perlu diikuti.

 

3. Merawat diri sendiri

Orangtua yang jadi korban bullying oleh anaknya sendiri cenderung merasa putus asa, stres, dan tidak bersemangat. Hati-hati karena situasi ini justru akan membuat kondisi anak tambah parah.

Misalnya karena oramgtua tidak merawat diri sendiri, anak semakin melihat sosok orangtua yang tidak kompeten sebagai orangtua. Ia pun lantas “berperan” sebagai orangtua yang akan mengatur-atur apa yang harus dilakukan dan kapan.

 

4. Minta dukungan dan bantuan

Jika masalah anak yang merundung orangtua ini tidak bisa diatasi sendiri, mintalah bantuan dan dukungan dari keluarga, teman, atau tenaga medis profesional untuk membantu menyelesaikan masalah ini.

Tidak jarang dengan bercerita, sesama orangtua bisa saling berbagi tips parenting lainnya terkait kondisi keluarga dan anak.

 

5. Menyediakan waktu bersama anak

Luangkanlah untuk menghabiskan waktu bersama yang menyenangkan dengan anak, bisa pergi ke taman bermain atau taman hiburan, atau pergi jalan-jalan ke tempat yang orangtua atau anak sukai.

Orangtua juga bisa melakukan kegiatan yang disukai anak. Cara ini bisa membangun hubungan, ikatan dan komunikasi yang baik antara orangtua dan anak.

 

 

 

 

 

Yohanes Enggar Harususilo

Kompas, 20 September 2018

Sumber : edukasi.kompas.com/read/2018/09/20/20162081/orangtua-dibully-anak-loh-kok-bisa-bisa


TwitCount

Kegembiraan dalam Belajar

29 Aug 2016 04:20:12 WIB

dibaca 4.820 kali

SAYA sering memberikan pertanyaan kepada guru dan siswa tentang makna pengalaman belajar (learning experience). Rata-rata jawaban mereka ialah kurangnya kegembiraan dalam belajar. Memang, baik guru maupun siswa mengenal istilah fun learning,... Selanjutnya


Guru: Agent of Change

29 Aug 2016 03:28:00 WIB

dibaca 4.512 kali

Di tengah berbagai macam kebijakan pendidikan yang memangkas kreatifitas dan profesionalitas guru, ada dua cara yang serentak mesti dilakukan oleh guru agar tetap bisa bertahan dalam kinerja profesionalnya. Pertama, bersikap kritis atas berbagai... Selanjutnya


4 Tantangan bagi Guru Masa Kini

04 Oct 2018 10:29:41 WIB

dibaca 4.430 kali

JAKARTA, KOMPAS.com - Indonesia sebagai negara berpenduduk terbesar ke-4 dunia selayaknya memanfaatkan keunggulan komparatif tersebut. Terlebih lagi, negara ini memiliki jumlah penduduk muda yang besar. Badan Pusat Statistik mencatat, paling... Selanjutnya


Ekosistem Moral Pendidikan

19 Aug 2016 10:32:09 WIB

dibaca 4.420 kali

Mewujudkan ekosistem pendidikan dan kebudayaan yang berkarakter merupakan salah satu visi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Sayangnya, ekosistem moral pendidikan kita belum terbangun karena penumbuhan budi pekerti belum menyentuh pembentukan... Selanjutnya


Untuk Impian Besar

29 Aug 2016 05:42:20 WIB

dibaca 3.761 kali

Bagi rakyat, pendidikan merupakan hak. Bagi negara, pendidikan merupakan kewajiban. Adapun bagi bangsa, pendidikan perkakas utama untuk membangun impian besarnya. Khusus untuk Indonesia, penggagas bangsa sudah menyampaikan impian besar itu.... Selanjutnya


Catat, Ini Pentingnya Keseimbangan Otak Kiri dan Otak Kanan

05 Oct 2018 01:45:37 WIB

KOMPAS.com – Kerap dikatakan bahwa anak yang pintar berhitung pasti otak kirinya lebih dominan. Sementara anak yang lihai dalam bidang kesenian memiliki otak kanan yang lebih aktif. Benarkah? Jika berbicara mengenai fungsi otak, mungkin... Selanjutnya


Ini Pentingnya Guru Mengapresiasi Karya Murid

05 Oct 2018 10:25:07 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com - Memberi apresiasi bagi anak didik menjadi suatu hal krusial bagi seorang guru. Dengan begitu, murid dapat lebih terpacu untuk mengeluarkan potensi terbaiknya. Lebih kurang itulah benang merah sesi Lokakarya Nasional dalam... Selanjutnya


3 Profesi Ini Tidak Akan Membuat Generasi Milenial jadi Pengangguran

05 Oct 2018 10:12:12 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com - Indonesia telah menetapkan Peta Jalan Revolusi Industri 4.0 pada awal April 2018. Peta jalan berikut strategi pelaksanaan tersebut membidik ambisi besar: menjadikan Indonesia posisi 10 besar kekuatan ekonomi dunia. Andai... Selanjutnya


4 Tantangan bagi Guru Masa Kini

04 Oct 2018 10:29:41 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com - Indonesia sebagai negara berpenduduk terbesar ke-4 dunia selayaknya memanfaatkan keunggulan komparatif tersebut. Terlebih lagi, negara ini memiliki jumlah penduduk muda yang besar. Badan Pusat Statistik mencatat, paling... Selanjutnya


Mendikbud Ungkap 3 Ciri Guru Profesional

03 Oct 2018 08:13:12 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com - Seorang guru atau tenaga pendidik merupakan profesi dengan tanggung jawab besar. Mereka menjadi tulang punggung keberlangsungan generasi penerus bangsa. Berkaca dari hal itu, menjadi penting untuk terus mendongkrak... Selanjutnya