Hal-hal yang dapat dipetik dari kisah orang-orang "mampu" memaafkan, yaitu:
1. Kisah nyata orang-orang ini membuktikan dengan sadar mau memaafkan dan mengampuni (forgiveness), berarti mampu melepaskan diri dari rasa amarah, benci, dan membalas dendam. Padahal, orang yang telah mengalami sakit hati, kepahitan, biasanya tidak mudah memaafkan apalagi mengampuni.
Walaupun ada teori mengatakan bahwa mengampuni tidak otomatis melupakan (forgive but not forget), tetapi apabila mampu memaafkan sudah sangat bagus. Jadi orang-orang ini sesungguhnya memang memiliki "karakteristik kepribadian" yang mudah memaafkan.
2. Orang-orang ini menyadari bahwa dengan memaafkan dan mengampuni segala sesuatu sudah dianggap selesai, tidak ingin menjadi beban pada diri sendiri.
Kesadaran untuk memaafkan timbul dari hati terdalam, sekalipun yang bersalah tidak meminta maaf. Tidak ada lagi "ketegangan psikologis" pada diri yang tersakiti.
3. Orang-orang ini memiliki kedekatan dengan Tuhan yang penuh kasih, adanya kesadaran agama yang dianutnya yang memerintahkan agar mau saling mengampuni sesama manusia.
Dengan kedalaman rohani yang dimiliki mereka bisa merefleksikan pada kehidupan nyata.
Religiusitas dan memberi maaf memiliki hubungan yang erat. Sebab, bagi korban, kalau ia mampu memaafkan berarti ia telah menjalankan perintah Tuhan agar bersedia saling mengampuni.
4. Rujuknya antara korban dan pelaku sebagai kelanjutan proses saling memaafkan dan mengampuni.
Irwan Suhanda : Lulus Strata-1 Fisipol jurusan Ilmu Komunikasi Universitas Kristen Indonesia. Sebagai editor di Penerbit Buku Kompas.
KOMPAS, 24 Maret 2017
Sumber : edukasi.kompas.com/read/2017/03/24/07460051/memaafkan.?page=4